GUNUNG LEMONGAN
Gunung Lamongan adalah sebuah gunung api Strato yang masih aktif, terletak
di desa Papringan-Klakah-Lumajang -Jawa Timur, bagian dari Pegunungan Tengger dan kelompok Pegunungan Iyang-Argopuro. Puncaknya adalah Tarub (1 651 m).
Gunung Lamongan dikelilingi 27 maar yang garis tengahnya berkisar antara
150 dan 700 meter. Beberapa maar mempunyai danau seperti Ranu Klakah,Ranu Pakis
dan Ranu Bedali
Gunung Lamongan juga memiliki 5 puncak. Yang saat
ini aktif terletak 650 meter di sebelah barat daya puncak Tarub. Danau, di
antaranya Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali, terletak di lereng barat dan timur.
Maar yang kering terletak terutama di lereng utara. Tidak diketahui letusan
maar yang tercatat dalam sejarah. Gunung Lamongan sempat sangat aktif dari
tahun 1799, letusan pertamanya tercatat
dalam sejarah, sampai akhir abad ke-20.
PENDAKIAN GUNUNG LEMONGAN
Untuk menuju ke Gunung Lamongan akses jalan yang bisa ditempuh jika dari
Surabaya ataupun dari Jember adalah berhenti di Stasiun Klakah. Bisa juga di
Alfamart Klakah. Selanjutnya kita bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan
kaki menuju Pos 1 ( Padepokan mbah Citro ). Jarak yang ditempuh cukup jauh
sekitar 7-8 km sehingga cukup membuat kaki terasa pegal. Untung jalannya yang
ditempuh adalah jalan beraspal. Setelah masuk desa papringan untuk menuju ke
padepokan Mbah Citro kita akan melewati jalan berbartu dengan medan yang cukup
menanjak. Jika kita berjalan dari Stasiun Klakah jam 4 sore maka kita akan
sampai di Padepokan Mbah Citro sekitar Jam 6 sore. Usahakan berangkat pendakian
sore hari. Saya sebagai warga asli lumajang biasanya berangkat menuju Lemongan
jam 3 sore dari rumah, kemudian setelah masuk desa papringan sepeda kami
dititipkan di rumah salah seorang warga, kemudian berjalan menuju padepokan
mbah Citro sekitar 2 jam.
Setelah sampai di padepokan Mbah Citro gunakan waktu untuk beristirahat
sekaligus meminta ijin kepada Mbah Citro yang merupakan juru kunci Gunung
lamongan untuk melakukan pendakian. Jika Mbah Citro mengijinkan pendakian maka
pendakian bisa dilanjutkan tetapi jika beliau tidak mengijinan mendaki maka
jangan coba - coba dilanggar karena beliau tau seluk beluk dan kharakteristik
gunung Lamongan. Walau beliau sudah berusia hampir 100 tahun namun beliau masih
sanggup untuk mendaki Puncak Gunung Lamongan. bahkan ada suatu kisah menarik
dimana beliau tiba - tiba muncul di Hutan Hujan Basah padahal sore itu pendaki
banyak yang minta ijin pendakian ke beliau. namun saat malam tiba beliau sudah
di hutan hujan basah tanpa sekalipun pendaki lain tau atau merasa disalip oleh
mbah Citro. ( Waallahu alam )
Untuk memulai pendakian biasanya berangkat dari Pos 1 Mbah Citro berangkat
jam 9 atau 10 Malam. Setelah itu kita mengikuti jalur pendakian yang sering
diperbaiki oleh Laskar Hijau. Karena kita melakukan pendakian malam hari jangan
lupa bawa senter. Selama perjalanan kita akan melewati ladang rumput yang cukup
tinggi. Setelah mungkin 1 jam dari pos 1 kita akan menemukan jalan yang cukup
menantang karena terdiri dari banyak batu yang bisa bergerak jika kita injak.
Hati - hati karena kita bisa terperosok. Batuan ini dikenal dengan sebutan watu
Pup atau watu Taek. Tujuan kita adalah menuju Pos 2 yang dikenal dengan sebutan
Watu Gedhe. Untuk menuju Watu Gedhe dari Mbah Citro butuh waktu sekitar 2 jam
sehingga kadang pendaki sampai disana jam 12 malam.
Biasanya pendaki yang tidak kuat melanjukan pendakian maka pos watu gedhe
adalah tujuan akhirnya. Ada tempat untuk mendirikan tenda disini. Pendaki
diharapkan istirahat di watu gedhe untuk memulihkan tenaga dengan beristirahat
ataupun untuk mengisi perut yang sudah lapar. Pendakian setelah watu gedhe
memiliki rute yang menanjak dengan kemiringan di atas 45 derajat jadi tenaga
harus benar - benar fit. Biasanya pendaki istirahat disini 1 - 2 jam.
Setelah cukup tenaga maka pendaki bisa melanjutkan pendakian pada jam 12 malam
dengan mengikuti rute yang ditentukan. Jangan berharap kita menemukan medan
datar karena medan disini sampai pos hutan hujan basah memiliki medan yang
terjal dengan batuan kecil kasar dan keras yang cukup bisa membuat kaki sakit
jika tidak berhati - hati. Dalam perjalanan inilah kita bisa menemukan suatu
tanjakan berpasir dan berbatu yang cukup terjal dan cukup tinggi dimana ketika
kita berjalan 3 langkah maka kita akan merosot 1 langkah bahkan 2 langkah. Itu
membuat kaki akan terasa super capek dan pegal. Tanjakan itu bernama tanjakan
putus asa karena bisa membuat pendaki putus asa dan balik kanan untuk kembali
ke watu gedhe jika sudah tidak kuat lagi mendaki.
Setelah pendaki bisa melewati tanjakan putus asa maka pendaki istirahat di
pos hutan hujan basah. Jangan dibayangkan ada bangunan disini karena pos nya
hanya berupa tanah lapang yang tidak begitu besar. Kita bisa istirahat disini tapi
jangan lama - lama agar kita bisa mendapatkan kemunculan matahari terbit
di puncak gunung Lamongan. Setelah ini kita akan memasuki hutan hujan basah
yang memiliki medan tanah yang kadang cukup labil kalau diinjak. Biasanya
pendaki akan disambut dengan sambutan hewan khas sana yaitu pacet ( sejenis
lintah )yang siap menghisap darah pendaki. Kalau pendaki beruntung juga bisa
menemukan tumbuhan kantung semar yang merupakan tanaman pemakan serangga.
Selama perjalanan di hutan hujan basah maka kita akan menemukan sumber mata
air guci. Itu merupakan mata air terakhir. Jangan dibayangkan sumber mata air
ini bersih dan jernih arena sumber mata air ini berasal dari tetesan air di
akar pohon yang ditampung di sebuah guci. Kadang juga banyak jentik - jentik
nyamuk. Tapi bagi pendaki sumber mata air ini sangat berarti karena kebanyakan
persediaan air yang dibawa habis saat melewati tanjakan putus asa. Biasanya
dari pos hutan hujan basah sampai puncak kita membutuhan waktu 2 - 3 jam
tergantung kekuatan fisik pendaki. Selama melewati hutan hujan basah pendaki
diharapkan untuk menjaga diri dari pikiran negatif , kotor ataupun ucapan kotor
karena banyak pendaki yang tersesat dan tidak bisa keluar dari hutan ini dan
berputar- putar disana. Jika hal ini terjadi pada pendaki segera ingatlah Tuhan
dan berpikirlah positif.
Saat mendekati hampir puncak gunung Lemongan maka kita akan melihat batu yang
cukup besar persis dengan batu di watu gedhe. Sehinga banyak pendaki yang
menjulukinya batu kembar. Kalau kita benar - benar memperhitungkan waktu
dengan tepat maka kita akan bisa menikmati matahari terbit dari atas puncak
gunung Lemongan.Kita juga bisa menikmati keindahan ranu klakah, ranu pakis,
ranu lading, dan ranu wurung dari puncak gunung Lemongan.
Setelah sampai puncak kita akan menikmati suatu keindahan yang sangat menakjubkan. Matahari terbit, samudra awan, dan juga kita akan melihat gunung Semeru. Para pendaki biasanya mulai turun dari puncak jam 8 pagi karena cahaya matahari sudah mulai panas. Oh iya, ada semoyan nih.... "Jangan meinggalkan apapun selain jejak, jangan mengambil apapun kecuali gambar, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar